Suatu ketika seorang sahabat Rasulullah saw. yang bernama Wasilah ibn Iqsa sedang berada di pasar ternak. Tibatiba saja ia menyaksikan seseorang tengah tawar-menawar unta. Ketika ia lengah, pembeli itu telah menuntun unta yang telah dibelinya dengan harga 300 dirham. Wasilah bergegas mendapatkan si pembeli tersebut seraya bertanya, “Apakah unta yang engkau beli itu untuk disembelih atau sebagai tunggangan?” Si pembeli menjawab, “Unta ini untuk dikendarai.” Lalu Wasilah memberikan nasihat bahwa unta tersebut tidak akan tahan lama karena di kakinya ada lubang karena cacat. Pembeli itu pun bergegas kembali menemui si penjual dan menggugat sehingga akhirnya terjadi pengurangan harga 100 dirham.
Si penjual merasa jengkel kepada Wasilah seraya mengatakan, “Semoga engkau dikasihi Allah Swt., dan jual-beliku telah engkau rusak.” Mendengar ucapan tersebut, Wasilah menimpalinya, “Kami sudah berbai’at kepada Rasulullah saw. untuk berlaku jujur kepada setiap muslim, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, ‘Tiada halal bagi siapa pun yang menjual barangnya kecuali dengan menjelaskan cacatnya, dan tiada halal bagi yang mengetahui itu kecuali menjelaskannya.’ (H.R. Hakim, Baihaki, dan Muslim dari Wasilah).”
Itulah nilai-nilai kejujuran, walaupun berisiko, namun tetap harus dijunjung tinggi dalam kehidupan. Sangat mudah diucapkan oleh setiap orang, tetapi sedikit sekali yang dapat menerapkannya.
Aktivitas 1:
1. Setelah kamu membaca wacana di atas, bagaimana jika hal tersebut terjadi pada dirimu. Apakah kamu akan tetap berlaku jujur meskipun akan menanggung risiko yang berat, ataukah kamu akan melakukan kecurangan ketika orang lain tidak mengetahui?
2. Ceritakan contoh ril yang pernah kamu ketahui baik yang terjadi pada orang-orang yang kamu kenal maupun orang lain!